Senin, 21 Maret 2011

psikolog social

Hubungan Psikologi dengan Ilmu – Ilmu Sosial Lainnya


Serge Moscovici,seorang psikolog social Prancis menyatakan bahwa psikologi social adalah jembatan di antara cabang – cabang pengetahuan social lainnya sebab psikologi social mengakui pentingnya dan memandang individu dalam suatu system social yang lebih luas dan karena itu menarik ke dalamnya sosiologi,ilmu politik,antropologi,dan ekonomi.

Psikologi sosial mengakui aktifitas manusia yang rentangnya luas dan pengaruh budaya serta perilaku manusia di masa lampau.Dalam mengambil focus ini,psikologi social beririsan dengan filsafat,sejarah,seni dan musik.Selain itu psikologi social memiliki perspektif luas dengan berusaha memahami relevansi dari proses internal dan aktivitas manusia terhadap perilaku social.
Dalam hal ini,psikologi social misalnya,mugkin mempertanyakan bagaimana keadaan seseorang setelah menyaksikan suatu kejadian menakutkan akan mempengaruhi arousal secara fisiologis seperti tekanan darah dan serangan jantung.Karena perspektif ini,maka dibahas tentang persepsi kognisi dan respon fisiologis.
Meskipun demikian perlu dicatat bahwa ciri khas dari psikologi social adalah memfokuskan pada individu daripada kelompok atau unit .Sementara ahli ilmu social yang lain mempergunakan analisis kemasyarakatan yakni mempergunakan factor-factor secara luas untuk menjelaskan perilaku social.Misalnya sosiologi lebih tertarik pada struktur dan fungsi kelompok.Kelompok itu dapat kecil ( keluarga ) atau moderat ( perkumpulan mahasiswa,klub sepak bola ) atau luas ( suatu masyarakat ).
Sementara bidang studi lain dari psikologi yang tertarik pada keunikan dari perilaku individu adalah psikologi kepribadian.Pendekatan psikologi kepribadian adalah membandingkan masing – masing orang.Sementara pendekatan psikologi social adalah mengidentifikasikan respon ( cara bereaksi ) dari sebagian besar atau kebanyakan orang dalam suatu situasi dan meneliti bagaimana situasi itu mempengaruhi respon tersebut.
Marilah kita bandingkan ketiga pendekatan tersebut dengan menggunakan contoh yang spesifik untuk menganalisis terjadinya tindak kekerasan.Pendekatan kemasyarakatan cenderung menunjukkan adanya kaitan antara tingkat kejahatan yang tinggi dengan kemiskinan,urbanisasi yeng cepat dan industrialisasi dalam suatu masyarakat untuk membuktikan kesimpulan ini,mereka menunjukkan beberapa fakta tertentu : orang miskin lebih sering melakukan kejahatan ,kejahatan lebih sering timbul di daerah kumuh dibandingkan dengan daerah elit.Kriminalitas meningkat pada masa resesi ekonomi dan menurun di saat kondisi ekonomi membaik.
Sementara pendekatan individual dalam bidang psikologis yang lain ( psikologi kepribadian,perkembangan,dan klinis ) cenderung menjelaskan kriminalitas berdasarkan karakteristik dan pengalaman criminal individual yang unik.Pendekatan ini akan mempelajari perbedaan individual yang menyebabkan sebagian orang melakukan tindak kriminalyang tidak dilakukan oleh orang laindengan latar belakang yang sama ,untuk itu biasanya mereka memusatkan pada latar belakang individu,misalnya “bagaimana perkembangan orang itu?”,”disiplin apakah yang diterapkan orang tuanya?”,”mungkinkah orang tua yang kasar cenderung manumbuhkan anak yang berperilaku kasar?”.Penelitian dapat dilakukan dengan membandingkan latar belakang keluarga anak yang nakal dan yang tidak nakal.Jadi,analisis semacam ini memusatakan pada bagaimana dalam situasi yang sama orang dapat melakukan yang perilaku yang berbeda karena pengalaman masa lalu yang unik.
Sebaliknya.psikologi social lebih berpusat pada usaha memahami bagaimana seseorang bereaksi terhadap situasi social yang terjadi.Psikologi social mempelajari perasaan subjektif yang biasanya muncul dalam situasi sosial tertentu dan bagaimana persaan itu mempengaruhi perilaku.Situasi personal apa yang menimbulkan perasaan marah dan meningkatkan atau menurunkan kemungkinan munculnya perilaku agresif ? Sebagai contoh.salah satu prinsip dasar psikologi social adalah bahwa situasi frustasi akan membuat orang marah yang akan memperbesar kemungkinan timbulnya mereka melakukan perilaku agresi.Akibat situasi yang menimbulkan frustasi ini merupakan penjelasan alternatif menegnai sebab timbulnya kejahatan.
Hubungan itu tidak hanya menjelaskan mengapa perilaku agresif terjadi dalam situasi tertentu,tetapi juga menjelaskan mengapa factor ekonomi dan kemasyarakatan menimbulkan kejahatan.Misalnya orang miskin yang berdatangan ke kota akan mengalami frustasi,mereka ternyata sulit mencari pekerjaan,mereka tidak dapat membeli apa yang mereka inginkan,tidak dapat hidup layak seperti yang mereka bayangkan.Dan frustasi ini merupakan sebab utama munculnya sebagian besar perilaku kriminal.
Psikologi social biasanya juga menyangkut perasaan – perasaan subjektif yang ditimbulkan situasi interpersonal,yang kemudian mempengaruhi perilaku individu.Dalam contoh ini,situasi frustasi menimbulkan kemarahan yang kemudian menyebabkan timbulnya perilaku agresif.
Kesimpulannya,pada dasarnya psikologi social sangat berhubungan dengan ilmu social lainnya,dimana psikologi social merupakan bagian dari semua cabang ilmu social lainnya.




BAB II
PEMBAHASAN


Pengertian Psikologi Sosial
Psikologi sosial adalam merupakan cabang ilmu dari psikologi yang baru muncul dan intensif dipelajari pada tahun 1930. Secara sederhana objek material dari psikologi sosial adalah fakta-fakta, gejala-gejala serta kejadian-kejadian dalam kehidupan sosial manusia. Sekilas ternyata objek psikologi sosial mirip dengan ilmu sosiolgi dan bila digambarkan sebenarnya psikologi sosial adalah merupakan pertemuan irisan antara ilmo psikologi dan ilmu sosilogi.











Definisi Psikologi Sosial
Ada berbagai macam definisi psikologi sosial antara lain :
a. Psikologi sosial adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia (Hubert Bonner)
b. Ilmu yang memepelajari tingkah laku manusia sebagai anggota suatu masyarakat (AM Chorus)
c. ilmu yang mempelajari Segi-segi psikologi tingkah laku manusia yang dipengarui interaksi sosial
d. Social psychology is the scientific study how people think about, influence, and relato to another (Myers : 1983)
e. Psikologi sosial adalah studi alami tentang sebab-sebab dari perlaku sosial manusia (Michener & Delamater : 1999)
Gordon Allport (1968) menjelaskan bahwa seorang boleh disebut sebagai psikolog sosial jika dia "berupaya memahami, menjelaskan, dan memprediksi bagaimana pikiran, perasaan, dan tindakan individu-individu dipengaruhi oleh pikiran, perasaan, dan tindakan-tindakan orang lain yang dilihatnya, atau bahkan hanya dibayangkannya"




Diri sosial (social self)

a. Konsep diri
Masalah-masalah rumit yang dialami manusia, seringkali dan bahkan hampir semua sebenarnya berasal dari dalam diri. Mereka tanpa sadar menciptakan mata rantai masalah yang berakar dari problem konsep diri. Dengan kemampuan berpikir dan menilai, manusia malah suka menilai yang macam-macam terhadap diri sendiri maupun sesuatu atau orang lain – dan bahkan meyakini persepsinya yang belum tentu obyektif. Dari situlah muncul problem seperti inferioritas, kurang percaya diri, dan hobi mengkritik diri sendiri.
Konsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Definisi yang lebih rinci lagi adalah sebagai berikut :
a. Konsep diri adalah keyakinan yang dimiliki individu tentang atribut (ciri-ciri sifat ) yang dimiliki (Brehm & Kassin, 1993).
b. Atau juga diartikan sebagai pengetahuan dan keyakinan yang dimilki individu tentang karakteristik dan ciri-ciri pribadinya (Worchel, 2000).
c. Definisi lain menyebutkan bahwa Konsep diri merupakan semua perasaan dan pemikiran seseorang mengenai dirinya sendiri. Hal ini meliputi kemampuan, karakter diri, sikap, tujuan hidup, kebutuhan dan penampilan diri
d. Those physical, social and psychological perceptions of ourselves that we have derived from experiences and our interaction with others (William D Brooks : 1974)
Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Orang dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Ia tidak melihat tantangan sebagai kesempatan, namun lebih sebagai halangan. Orang dengan konsep diri negatif, akan mudah menyerah sebelum berperang dan jika gagal, akan ada dua pihak yang disalahkan, entah itu menyalahkan diri sendiri (secara negatif) atau menyalahkan orang lain.
Sebaliknya seseorang dengan konsep diri yang positif akan terlihat lebih optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialaminya. Kegagalan bukan dipandang sebagai kematian, namun lebih menjadikannya sebagai penemuan dan pelajaran berharga untuk melangkah ke depan. Orang dengan konsep diri yang positif akan mampu menghargai dirinya dan melihat hal-hal yang positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan di masa yang akan datang.
Ada dua komponen dalam konsep diri yaitu komponen kognitif dan komponen afektif. Komponen kognitif disebut sebagai citra diri (self image) sedangkan komponen afektif adalah harga diri (self esteem).
Konsep diri terbentuk akibat pengalaman interaksi dengan orang lain yaitu dengan menemukan apa yang orang lain pikirkan tentang diri individu tersebut. Ini yang disebut dengan penaksiran yang direfleksikan dan ini merupakan hal penting dalam pembentukan konsep diri. Penaksiran diri (reflected apprasial) menunjuk pada ide bahwa manusia menaksir dirinya sendiri dengan mereflksikan atau bercermin dari bagaimana orang menaksir dirinya “looking glass self”. Jadi hakekat konsep diri sesungguhnya merupakan membayangkan apa yang orang lain pikirkan tentang diri sendiri.
Proses Pembentukan Konsep Diri
Konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seorang manusia dari kecil hingga dewasa. Lingkungan, pengalaman dan pola asuh orang tua turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri yang terbentuk. Sikap atau respon orang tua dan lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk menilai siapa dirinya. Oleh sebab itu, seringkali anak-anak yang tumbuh dan dibesarkan dalam pola asuh yang keliru dan negatif, atau pun lingkungan yang kurang mendukung, cenderung mempunyai konsep diri yang negatif. Hal ini disebabkan sikap orang tua yang misalnya : suka memukul, mengabaikan, kurang memperhatikan, melecehkan, menghina, bersikap tidak adil, tidak pernah memuji, suka marah-marah, dsb - dianggap sebagai hukuman akibat kekurangan, kesalahan atau pun kebodohan dirinya. Jadi anak menilai dirinya berdasarkan apa yang dia alami dan dapatkan dari lingkungan. Jika lingkungan memberikan sikap yang baik dan positif, maka anak akan merasa dirinya cukup berharga sehingga tumbuhlah konsep diri yang positif.
Konsep diri ini mempunyai sifat yang dinamis, artinya tidak luput dari perubahan. Ada aspek-aspek yang bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu, namun ada pula yang mudah sekali berubah sesuai dengan situasi sesaat. Misalnya, seorang merasa dirinya pandai dan selalu berhasil mendapatkan nilai baik, namun suatu ketika dia mendapat angka merah. Bisa saja saat itu ia jadi merasa “bodoh”, namun karena dasar keyakinannya yang positif, ia berusaha memperbaiki nilai.
Dalam konsep diri ini terdapat beberapa unsur antara lain:
1. Penilaian diri merupakan pandangan diri terhadap:
• Pengendalian keinginan dan dorongan-dorongan dalam diri. Bagaimana kita mengetahui dan mengendalikan dorongan, kebutuhan dan perasaan-perasaan dalam diri kita.
• Suasana hati yang sedang kita hayati seperti bahagia, sedih atau cemas. Keadaan ini akan mempengaruhi konsep diri kita positif atau negatif.
• Bayangan subyektif terhadap kondisi tubuh kita. Konsep diri yang positif akan dimiliki kalau merasa puas (menerima) keadaan fisik diri sendiri. Sebaliknya, kalau merasa tidak puas dan menilai buruk keadaan fisik sendiri maka konsep diri juga negatif atau akan jadi memiliki perasaan rendah diri.
2. Penilaian sosial merupakan evaluasi terhadap bagaimana individu menerima penilaian lingkungan sosial pada diri nya. Penilaian sosial terhadap diri yang cerdas, supel akan mampu meningkatkan konsep diri dan kepercayaan diri. Adapun pandangan lingkungan pada individu seperti si gendut, si bodoh atau si nakal akan menyebabkan individu memiliki konsep diri yang buruk terhadap dirinya.
3. Konsep lain yang terdapat dalam pengertian konsep diri adalah self image atau citra diri, yaitu merupakan gambaran:
• Siapa saya, yaitu bagaimana kita menilai keadaan pribadi seperti tingkat kecerdasan, status sosial ekonomi keluarga atau peran lingkungan sosial kita.
• Saya ingin jadi apa, kita memiliki harapan-harapan dan cita-cita ideal yang ingin dicapai yang cenderung tidak realistis. Bayang-bayang kita mengenai ingin jadi apa nantinya, tanpa disadari sangat dipengaruhi oleh tokoh-tokoh ideal yang yang menjadi idola, baik itu ada di lingkungan kita atau tokoh fantasi kita.
• Bagaimana orang lain memandang saya, pertanyaan ini menunjukkan pada perasaan keberartian diri kita bagi lingkungan sosial maupun bagi diri kita sendiri.

Konsep diri yang terbentuk pada diri juga akan menentukan penghargaan yang berikan pada diri. Penghargaan terhadap diri atau yang lebih dikenal dengan self esteem ini meliputi penghargaan terhadap diri sebagai manusia yang memiliki tempat di lingkungan sosial. Penghargaan ini akan mempengaruhi dalam berinteraksi dengan orang lain.





Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Berbagai faktor dapat mempengaruhi proses pembentukan konsep diri seseorang. Secara umum konsep diri dipengaruhi oleh orang lain dan kelompok rujukan. Manusia mengenal dirinya secara kodrati didahului oleh pengenalan terhadap orang lain terlebih dahulu, namun tidak semua orang mempunyai pengaruh yang sama. Yang paling berpengaruh adalah orang lain yang paling dekat dengan diri kita yang terbagi 3 golongan. Golongan pertama disebut sebagai significant others yaitu orang tua dan saudara). Golongan ke dua disebut sebagai affective others yaitu orang lain yang memiliki ikatan emosional seperti sahabat karib. Golongan ke tiga disebut sebagai generalized otheri yaitu keseluruhan dari orang-orang yang dianggap memberikan penilaian terhadap diri sendiri.
Sementara kelompok rujukan mempengaruhi konsep diri karena ikatan-ikatan norma-norma yang dilekatkan pada diri manusia. Sehingga konsep diri terbentuk karena penyesuain diri dengan norma-norma yang berlaku dalam kelompok tersebut.
Namun secara detail konsep diri dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tersebut di bawah ini :
• Pola asuh orang tua
Pola asuh orang tua seperti sudah diuraikan di atas turut menjadi faktor signifikan dalam mempengaruhi konsep diri yang terbentuk. Sikap positif orang tua yang terbaca oleh anak, akan menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positif serta sikap menghargai diri sendiri. Sikap negatif orang tua akan mengundang pertanyaan pada anak, dan menimbulkan asumsi bahwa dirinya tidak cukup berharga untuk dikasihi, untuk disayangi dan dihargai; dan semua itu akibat kekurangan yang ada padanya sehingga orang tua tidak sayang

• Kegagalan
Kegagalan yang terus menerus dialami seringkali menimbulkan pertanyaan kepada diri sendiri dan berakhir dengan kesimpulan bahwa semua penyebabnya terletak pada kelemahan diri. Kegagalan membuat orang merasa dirinya tidak berguna.

• Depresi
Orang yang sedang mengalami depresi akan mempunyai pemikiran yang cenderung negatif dalam memandang dan merespon segala sesuatunya, termasuk menilai diri sendiri. Segala situasi atau stimulus yang netral akan dipersepsi secara negatif. Misalnya, tidak diundang ke sebuah pesta, maka berpikir bahwa karena saya “miskin” maka saya tidak pantas diundang. Orang yang depresi sulit melihat apakah dirinya mampu survive menjalani kehidupan selanjutnya. Orang yang depresi akan menjadi super sensitif dan cenderung mudah tersinggung atau “termakan” ucapan orang

• Kritik internal
Terkadang, mengkritik diri sendiri memang dibutuhkan untuk menyadarkan seseorang akan perbuatan yang telah dilakukan. Kritik terhadap diri sendiri sering berfungsi menjadi regulator atau rambu-rambu dalam bertindak dan berperilaku agar keberadaan kita diterima oleh masyarakat dan dapat beradaptasi dengan baik




Merubah Konsep Diri
Seringkali diri sendirilah yang menyebabkan persoalan bertambah rumit dengan berpikir yang tidak-tidak terhadap suatu keadaan atau terhadap diri sendiri. Namun, dengan sifatnya yang dinamis, konsep diri dapat mengalami perubahan ke arah yang lebih positif. Langkah-langkah yang perlu diambil untuk memiliki konsep diri yang positif :
• Bersikap obyektif dalam mengenali diri sendiri
Jangan abaikan pengalaman positif atau pun keberhasilan sekecil apapun yang pernah dicapai. Lihatlah talenta, bakat dan potensi diri dan carilah cara dan kesempatan untuk mengembangkannya. Janganlah terlalu berharap bahwa Anda dapat membahagiakan semua orang atau melakukan segala sesuatu sekaligus. You can’t be all things to all people, you can’t do all things at once, you just do the best you could in every way....
• Hargailah diri sendiri
Tidak ada orang lain yang lebih menghargai diri kita selain diri sendiri. Jikalau kita tidak bisa menghargai diri sendiri, tidak dapat melihat kebaikan yang ada pada diri sendiri, tidak mampu memandang hal-hal baik dan positif terhadap diri, bagaimana kita bisa menghargai orang lain dan melihat hal-hal baik yang ada dalam diri orang lain secara positif? Jika kita tidak bisa menghargai orang lain, bagaimana orang lain bisa menghargai diri kita ?
• Jangan memusuhi diri sendiri
Peperangan terbesar dan paling melelahkan adalah peperangan yang terjadi dalam diri sendiri. Sikap menyalahkan diri sendiri secara berlebihan merupakan pertanda bahwa ada permusuhan dan peperangan antara harapan ideal dengan kenyataan diri sejati (real self). Akibatnya, akan timbul kelelahan mental dan rasa frustrasi yang dalam serta makin lemah dan negatif konsep dirinya
• Berpikir positif dan rasional
We are what we think. All that we are arises with our thoughts. With our thoughts, we make the world (The Buddha). Jadi, semua itu banyak tergantung pada cara kita memandang segala sesuatu, baik itu persoalan maupun terhadap seseorang. Jadi, kendalikan pikiran kita jika pikiran itu mulai menyesatkan jiwa dan raga.


Konsep diri dan komunikasi
Pada akhirnya konsep diri akan berpengaruh pada kemampuan dan penerimaan manusia dalam melakukan komunikasi. Joseph luft dan Harrington Ingham memperkenalkan konsep diri yang disebut dengan Johari Window . Kaca kepribadian yang terdiri empat bagian .













a. Open Area ( wilayah terbuka )
Kepribadian, kelebihan, dan kekurangan yang diketahui diri sendiri dan orang lain. Jika wilayah terbuka semakin lebar maka komunikasi semakin efektif begitu jugas sebaliknya. Dalam komunikasi mendesakkan kehendak maka akan mengundang terjadinya konflik. OKI perlu adanya kemampuan mempertemukan keinginan diriu dan orang lain.

b. Blind Area ( Wilayah buta )
Diri tidak mengetahui kekurangan tetapi orang lain justru lebih tahu. Wilayah buta yang melebar mendesak wilayah lain akan mengakibatkan kesulitan komunikasi .

c. Hidden Area (Wilayah tersembunyi )
Kemampuan dalam diri yang tersembunyi dan tidak diketahui orang lain
Ada dua konsep dalam diri yang tersembunyi ini :
• Over disclose : sikap terlalu banyak mengungkapkan sesuatu.
• Under disclose : sikap terlalu menutupi sesuatu yang harus diungkapkan.

d. Unknown Area ( Wilayah tak dikenal )
Merupakan wilayah yang paling kritis dalam komunikasi, sebab selain diri sendiri yang tidak mengetahui juga orang lain tidak mengetahui.



b.motif

motif merupakan dorongan dalam diri manusia yang timbul dikarenakan adanya kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh manusia tersebut. ada beberapa kriteria motif:
berikut ini adalah motif-motif yang timbul pada diri manusia ketika berkomunikasi:
• motif informatif, yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan hasrat untuk memenuhi kebutuhan akan ilmu pengetahuan
• motif hiburan, yaitu hal-hal yang berkenaan untuk mendapatkan rasa senang
• motif integrasi personal, merupakan motif-motif yang timbul akibat keinginan untuk memperteguh status, kredibilitas, rasa percaya diri, dll
• motif integratif sosial, dimaksudkan untuk memperteguh kontak sosial dengan cara berinteraksi dengan keluarga, teman, orang lain
• motif pelarian, merupakan motif pelepasan diri dari rutinitas, rasa bosan, atau ketika sedang sendiri


c.sikap
Perilaku & Sikap
Perilaku yaitu reaksi evaluasi baik yang menyenangkan maupun tak menyenangkan yang terdapat pada kepercayaan & perasaan seseorang. Baik para filsuf, teolog, maupun para pendidik telah berspekulasi mengenai hubungan antara pikiran & tindakan, karakter, & tingkah laku, perkataan pribadi & perbuatan umum. Asumsi yang dikeluarkan baik dari ajaran-2 & konseling yaitu kepercayaan & perasaan pribadi kita sangat menentukan perilaku umum kita. Jadi kalau kita ingin merubah cara orang berperilaku, kita harus merubah hati & pikiran mereka.
– Apakah kita semua munafik?
Awalnya psikolog sosial setuju bahwa mengetahui sikap seseorang berarti memprediksik-an tindakan orang. Akan tetapi tahun 1964, Leon Festinger membuktikan bahwa merubah sikap bukan berarti merubah perilaku. Festinger percaya bahwa hubungan kerja antara sikap & perilaku sistem perputarannya diumpamakan seperti kerja kuda sebagai pelaku & keretanya sebagai sikap. Dengan demikian kita tidak dapat dikatakan munafik karena apapun ang kita ekspresikan tidak memprediksikan perilaku yang mana antara sikap & perilaku memiliki arah yang berbeda tergantung pengaruh-2 di luar.
– Meminimalisasikan pengaruh-2 sosial terhadap sikap
Tidak seperti seorang dokter yang mendeteksi detak jantung pasien, psikolog sosial belum tentu mendapat jawaban langsung atas sikap seseorang hanya dengan mengamati hingga mereka meneliti lebih seksama dari sikap-2 yang terekspresikan oleh seseorang. Seperti perilaku lain, ekspresi juga memiliki pengaruh-2 dari luar. Untuk bersikap & berperilaku, seseorang dianjurkan untuk tidak mudah terpengaruh dari lingkungan sosial kita.

d.kelompok psikologi social
Sifat daripada kelompok sosial adalah dinamis ( tidak mandek ) mengalami perubahan yang bersifat progresif dan berkembang ( to developt ). Perubahan dan perkembangan itulah yang merupakan indikasi dinamika suatu kelompok sosial
• Kelompok sosial ada yang berkmbang dan berubah dengan sangat cepat, ada pula yang sangat lambat
Faktor fator yang mendorong perubahan dan perkembangan kelompok sosial
• Proses formasi dan reformasi dari pola pola yang terdapat dalam kelompok itu sendiri
• Tekanan dan pengaruh internal eksternal
• Konflik intern ( antar anggota kelompok )
• Pergantian anggota kelompok
• Perubahan pada situasi sosial ekonomi, politik, budaya yang serba / terlalu cepat

e.konflik dalam psikologi social
Konflik sebagai suatu gejala social, akan kita dapatkan dalam kehidupan bersama artinya konflik merupakan gejala yang bersifat universal. Tidak ada kehidupan bersama tanpa adanya konflik, baik pada skala besar maupun skala kecil. Baik menyangkut konflik antar individu, antar kelompok maupun antara individu dengan kelompok.

Konflik berskala kecil akan menyebabkan sedikit orang dalam konflik tersebut dan tidak akan mencakup area yang luas. Konflik antar individum , konflik dalam keluarga adalah konflik berskala kecil. Konflik antar suku dan konflik antar Negara merupakan konflik berskala besar yang cakupan areanya sangat luas dan menyebabkan semakin banyaknya orang yang terlibat dalam konflik tersebut. Disamping berdasarkan skala besar kecilnya konflik. Konflik social dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Berikut ini adalah macam-cam konflik social dan penjelasannya. Menurut Soerjono Soekanto ada beberapa konflik sosial :


Konflik antarpribadi


Konflik antar individu, adalah konflik social yang melibatkan individu di dalam konflik tersebut. Konflik ini terjadi karena adanya perbedaan atau pertentangan atau juga ketidak cocokan antara individu satu dengan individu lain. Masing-masing individu bersikukuh mempertahankan tujuannya atau kepentinganya masing-masing.

Misalnya dua remaja yang berpacaran. Si Pria adalah perokok berat dan si wanita tidak senang pacarnya merokok. Kalau masing-masing mempertahankan pendapatnya dengan si wanita melarang pacarnya merokok dan pacarnya tadi tidak mau berhenti merokok atau tidak mau mendengarkan permintaan pacarnya, maka terjadilah konflik antar individu dan jika berlarut terus dapat terjadi mereka putus cinta dan tidak berpacaran lagi.


Konflik antar etnik


Etnik atau suku bangsa, biasanya memiliki berbagai kebudfayan yang berbeda satu dengan lainnya. Sesuatu yang dianggap baik atau sacral dari suku tertentu mungkin tidak demikian halnya bagi suku lain. Perbedaan etnis tersebut dapat menimbulkan terjadinya konflik antar etnis.

Misalnya konflik etnis di Kalimantan antara suku Dayak dan Suku Madura pendatang. Bagi suku Madura pendatang bekerja adalah suatu tuntutan bagi pemenuhan hidup di perantauan. Pekerjaan yang dilakukan menebang kayu di hutan dan tem[pat dimana mereka menebang kayu tersebut adalah tempat yang disakralkan oleh suku Dayak. Kesalah fahaman ini menyebabkan terjadinya konflik antar etnik Dayak dan Madura yang menelan korban banyak di antara kedua suku yang berkonflik tersebut.


Konflik antar agama


Keyakinan dalam agama adalah keyakinan yang bersifat mutlak, artinya tan[a pembanding. Beda dengan ilmu pengetahuan kebenarannya bersifat relative. Jika ditemukan teori baru dan menyangkal teori lama, maka teori lama akan diganti dengan teori baru. Agama tidak demikian kebenaran bersifat mutlak dengan mrnrrima ajaran agama tersebut dengan keyakinan bahwa apa yang diajarkan dalam agama adalah benar.

Sifat agama yang demikian sering menimbulkan berbagai konflik baik antar umat dalam satu agama, umat antar agama, maupun umat beragama dengan pemerintah. Potensi konflik yang berkaitan dengan agama tersebut pemerintah mencanangkan tiga kerukunan yaitu kerukunan antar umat beragama, kerukunan antar agama dan kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah.

Berangkat dari anggapan dasar yang mutlak tersebut konflik agama dapat menyebabkan bencana yang besar karena mereka berkeyakinan pada jalan yang benar dan berani melakukan perlawanan sampai titik darah penghabisan.; Konflik di Irlandia Utara antara Kristen Protestan dan Katholik adalah contoh dari konflik antar agama. Penyerangan terhadap Jemaah Ahmadiyah di Indonesia adalah contoh konflik antar agama.


Konflik Antar Golongan atau Kelas Sosial


Konflik yang terjadi antar kelas social biasanya berupa konflik yang bersifat vertical; yaitu konflik antara kelas atas dan kelas social bawah. Konflik ini terjadi karena kepentingan yang berbeda antara dua golongan atau kelas social yang ada.

Golongan buruh yang menuntut perbaikan upah kepada pemerintah maupun perusahaan adalah wujud dari salah satu konflik antar golongan. Pemutusan hubungan kerja ( PHK ) adalah wujud dari konflik social antar kelas social yang ada. Pemerintah biasanya menjadi mediator agar kedua kepentingan kelas yang berkonflik dapat mencapai kesepakatan dan perusahaan tetap dapat menjalankan aktivitas produksinya.

Jika kesepakatan tidak tercapai maka perusahaan akan yerganggu proses produksinya dan buruh akan kehilangan pekerjaanya, jika terjadi demikian maka pemerintah akan terkena dampak dari konflik antar golongan yang ada.


Konflik atar Ras


Ras atau warna kulit merupakan cirri yang dibawa suatu masyarakat sejak lahir. Merreka hidup dalam suatu komunitas dan mengembangkan berbagai kesadaran kelompok dan solidaritas diantara mereka. Oleh karena itu konflik yang terjadi karena perbedaan warna kulit dapat meluas karena adanya solidaritas diantara mereka yang memiliki warna kulit sama.

Politik perbedaan warnas kulit ( Aparheid ) yang terjadi di Afrika Selatan merupakan konflik yang di dasarkan atas perbedaan warna kulit. Orang kulit hitam dan orang kulit putih memiliki hak dan kewajiban yang berbeda dan pada dasarnya merendahkan harkat dan martabat orang kulit hitam.

Konflik antar Ras biasanya sukar dipisahkan dari konflik antar suku, karena biasanya akan berimbas pada suku dengan kulit yang sama diantara mereka.


Konflik antar Negara


Konflik antar Negara adalah konflik yang terjadi antara dua Negara atau lebih. Mereka memiliki perbedaan tujuan Negara dan berupaya memaksakan kehendak negaranya kepada Negara lain. Perang dingin dahulu antara Blok Timur (Negara Uni Soviet) dan sekutunya dan Negara Barat Amerika dan Sekutunya merupakan konflik antar Negara sebelum pecahnya negaram Uni Soviet. Perang dingin antar Pakistan dan India dengan masalah Khasmir antara Korea Utara dan Korea Selatan merupakan wujud dari konflik antar Negara. Sedangkan konflik yang baru-baru ini terjadi adalah konflik antara Palestina dengan Israel.


f.Persepsi Interpersonal dalam Psikologi Sosial

Persepsi sosial merupakan suatu proses (tepatnya proses-proses) yang digunakan untuk mencoba memahami orang lain. Karena orang lain memiliki peran penting dalam usaha untuk mencoba mengerti prilaku orang lain, apa yang mereka sukai sebagai individu, mengapa mereka bertingkah laku (atau tidak bertingkah laku) tertentu dalam suatu dan bagaimana perilaku mereka nanti dalam situasi yang berbeda.
Ketertarikan Interpersonal merujuk pada suatu sikap mengenai orang lain. Evaluasi interpersonal semacam itu berada pada suatu dimensi berkisar dari suka hingga tidak suka. Setiap orang akan disukai oleh beberapa individu dan tidak disukai oleh individu lainnya. Dengan sebagian besar orang yang mengalami interaksi atau kontak dengan kita, kita secara khusus suka atau tidak suka-reaksi mereka adalah netral. Kebalikannya, kita menyukai beberapa orang, tidak menyukai beberapa orang, dan netral terhadap sebagian besar sisanya. Kita membuat evaluasi positif setiap kita merasakan perasaan yang positif dan membuat evaluasi negatif jika kita merasakan perasaan yang negatif. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa suka atau tidak suka interpersonal kita ditentukan oleh emosi
Kesimpulan
Persepsi sosial melibatkan proses-proses di mana kita mencoba memahami orang lain. Persepsi sosial adalah faktor penting dalam perilaku dan pola pikir sosial.
Dalam rangka mengetahui kondisi emisional orang lain, kita sering memanfaatkan komunikasi nonverbal, suatu bahasa nonlisan melalui ekpresi wajah, kontak mata, gerak tubuh, dan postur.
Meskipun ekpresi wajah tidak sepenuhnya universal, namun sering kali ia menjadi sumber informasi yang berharga dalam mengetahui emosi seseorang. Informasi lainnya bisa didapat melalui kontak mata, bahasa tubuh, dan sentuhan.
Temuan dari beberapa studi mengindikasiakn bahwa jabat tangan dapat memberi informasi yang penting tentang kepribadian seseorang dan berpotensi mempengaruhi kesan pertama.
Jika kita memperhatikan baik-baik penanda nonverbal seseorang, kita dapat mengetahui kapan saat dia mencoba berbohong bahkan jika orang tersebut berasal dari latar budaya yang berbeda dari kita.
Parfum dapat dianggap sebagai bentuk lain dari penandaan nonverbal. Penggunaannya sebagai alat komunikasi kini sudah berkurang, terbukti dengan penurunan omzet perdagangan parfum.

g.norma dalam psikologi social


h.peranan psikologi social dalam terhadap ilmu pengetahuan social
Ilmu Psikologi
Secara singkat psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku dan peristiwa mental. Psikologi memandang komunikasi sebagai suatu proses pengalihan pesan dari seorang pengirim kepada penerima melalui hubungan stimulus respons. Pesan keluar sebagai rangsangan dan diterima seseorang sebagai respons sikap, perilaku, persepsi komunikasi antar manusia.
Psikologi juga meneliti kesadaran dan pengalaman manusia. Psikologi terutama mengarahkan perhatiannya pada perilaku manusia dan mencoba menyimpulkan proses kesadaran yang menyebabkan terjadinya perilaku itu. Inilah tema-tema yang selalu diselidiki psikologi komunikasi.

Psikologi Sosial
Psikologi sosial adalah psikologi yang membicarakan kehidupan psikhe seseorang sebagai anggota masyarakat atau di dalam interaksi sosial atau kehidupan psikhe yang sedang berada didalam interaksi sosial berbeda dengan kehidupan psikhe bila orang itu sedang berada sendirian. (Sujanto, Lubis, & Hadi, 2004: 3) atau dapat dikatakan bahwa psikologi sosial merupakan psikologi yang menguraikan tentang kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungan dengan situasi sosial seperti situasi kelompok, massa, dan lain sebagainya. (Gerungan,1964:19)
Gordon Allport (1968) menjelaskan bahwa seorang boleh disebut sebagai psikolog sosial jika dia “berupaya memahami, menjelaskan, dan memprediksi bagaimana pikiran, perasaan, dan tindakan individu-individu dipengaruhi oleh pikiran, perasaan, dan tindakan-tindakan orang lain yang dilihatnya, atau bahkan hanya dibayangkannya” (Hasan mustafa dalam Perspektif dalam psikologi sosial )
Bila individu-individu berinteraksi dan saling mempengaruhi, maka terjadilah:
- proses belajar ang meliputi aspek kognitif dan afektif
- proses penyampaian dan openeimaan lambang-lambang komunikasi
- mekanisme penyesuaian diri seperti sosialisasi, permainan peran, identifikasi, proyeksi, agresi, dan sebagainya.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright 2008 All Rights Reserved | Tugas Kuliah Designed by Bloggers Template | Exercise Equipment | Watch Movies