Senin, 21 Maret 2011

SINTAKSIS

ISI
SINTAKSIS
A. Pengertian Sintaksis
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu “sun” yang berarti “dengan” dan kata “tattein” yang berarti “menempatkan”. Jadi, secara etimologi berarti: menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.
Dalam linguistik, sintaksis (dari Bahasa Yunani Kuno “συν- syn-“, "bersama", dan “τάξις táxis”, "pengaturan") adalah ilmu mengenai prinsip dan peraturan untuk membuat kalimat dalam bahasa alami. Selain aturan ini, kata sintaksis juga digunakan untuk merujuk langsung pada peraturan dan prinsip yang mencakup struktur kalimat dalam bahasa apapun.
Sintaksis adalah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana. Untuk menjelaskan uraian itu, diambil contoh kalimat : Seorang pelajar sedang belajar di perpustakaan.
Kalimat di atas terdiri dari satu klausa yang terdiri dari S, ialah seorang pelajar, P, ialah sedang belajar, dan KET ialah di perpustakaan. Sintaksis sebagai bagian dari ilmu bahasa berusaha menjelaskan unsur-unsur itu dalam suatu satuan baik hubungan fungsional maupun hubungan maknawi. Misalnya pada kalimat di atas terdapat frase sedang belajar, yang terdiri dari dua unsur, ialah kata sedang dan kata belajar. Berdarsarkan hubungan maknawi antar unsur-unsurnya, frase seorang pelajar yang menduduki fungsi S menyatakan makna pelaku, frase sedang belajar yang menduduki fungsi P menyatakan makna perbuatan dan frase di perpustakaan yang menduduki fungsi KET menyatakan makna tempat. Jadi klausa di atas terdiri dari unsur-unsur maknawi pelaku diikuti perbuatan diikuti tempat.
Adapun pengertian lain dari sintaksis adalah cabang ilmu yang membicarakan kalimat dengan segala bentuk dan unsur - unsur pembentuknya.
Beberapa definisi atau batasan sintaksis menurut para ahli :
Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang sudah sangat tua, menyelidiki struktur kalimat dan kaidah penyusunan kalimat (Suhardi, 1998:1). Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sintaksis adalah ilmu bahasa yang menyelidiki struktur kalimat dan penyusunan kalimat.
Sintaksis adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara kata atau frase atau klausa atau kalimat yang satu dengan kata atau frase (clause atau kalimat yang lain atau tegasnya mempelajari seluk-beluk frase, klause, kalimat dan wacana (Ramlan. 1985:21). Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sintaksis adalah ilmu bahasa yang menyelidiki struktur kalimat dan penyusunan kalimat.
Sintaksis adalah subsistem bahasa yang mencakup tentang kata yang sering dianggap bagian dari gramatika yaitu morfologi dan cabang linguistic yang mempelajari tentang kata ( Hari Murt Kridalaksana, 1993 ).
Gleason (1955) mendefinisikan bahwa “syntax maybe roughly defined as the principles of arrangement of the construction (word) into large constructions of various kinds.” Artinya: sintaksis mungkin dikaitkan dari definisi prinsip aransement konstruksi (kata) kedalam konstruksi besar dari bermacam-macam variasi.
Menurut O’ Grady, et. al., (1997) syntax is the system of the rules and categories that underlines sentence formation in human language. Artinya: sintaksis adalah aturan dalam sistem pola kalimat dasar dalam bahasa manusia.
Kajian sintaksis meliputi :
1. Frasa
a. Frasa adalah satuan gramatikal yang tidak melebihi batas fungsi
b. Frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif (hubungan antara kedua unsur yang membentuk frase tidak berstruktur subjek - predikat atau predikat - objek), atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat.
2. Klausa
a. Klausa adalah satuan gramatikal yang terdiri dari predikat, baik disertai subjek, objek, pelengkap, dan keterangan.
b. Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase, yang berungsi sebagai predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek, objek, dan keterangan. Klausa berpotensi untuk menjadi kalimat tunggal karena di dalamnya sudah ada fungsi sintaksis wajib, yaitu subjek dan predikat.
3. Kalimat
a. Kalimat sebagai alat interaksi dan kelengkapan pesan atau isi yang akan disampaikan, didefinisikan sebagai susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap. Sedangkan dalam kaitannya dengan satuan-satuan sintaksis yang lebih kecil (kata, frase, dan klausa), kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final.
b. Kalimat adalah satuan bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih yang mengandung satu pengertian dan mempunyai pola intonasi akhir.

B. Kalimat
Selain pengertian yang telah disebutkan pada pembahasan sebelumnya mengenai pengertian kalimat, kalimat masih memiliki banyak pengertian.
Kalimat adalah bagian ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, serta memiliki fungsi-fungsi gramatikal.
Kalimat yang dikatakan sempurna adalah kalimat yang seimbang antara ide dan bentuknya atau kalimat yang berpola “subjek,-predikat-objek”.
Beberapa pendapat ahli mengenai definisi kalimat, antara lain :
Sutan Takdir Alisyahbana dalam kamus tata bahasa tradisional mendefinisikan kalimat sebagai satuan kumpulan kata yang terkecil yang mengandung pikiran yang lengkap.
Menurut Leonard Bloomfield, kalimat adalah a maximum form is any ulterance is a sentence. This a sentence is a form which, ... isn’t part of large contruction.
Menurut Hockett, kalimat adalah a sentence is a gramatical form which is not contruction with any other grammatical.
Menurut Parera, kalimat adalah sebuah bentuk ketatabahasaan yang maksimal yang tidak merupakan bagian dari yang lain yang lebih besar dan mempunyai ciri kesenyapan final yan menunjukkan bentuk itu berakhir.
Menurut Kridalaksana, kalimat adalah satuan bahasa secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara sktual dan potensial terdiri dari klausa.
Menurut Ramlan, kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun naik.
Menurut Cook dalam Tariga, kalimat adalah satuan bahasa yang relatif dapt berdiri sendiri, yang mempunyai pola intonasi akhir dan yang terdiri dari klausa.
Sedangkan menurut Keraf, kalimat adalah satu bagian ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan di mana intonasinya menunjukkan bahwa ujaran itu sudah lengkap.
Dengan mengaitkan peran kalimat sebagai alat interaksi dan kelengkapan pesan atau isi yang akan disampaikan, kalimat didefinisikan sebagai “susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap”. Sedangkan dalam kaitannya dengan satuan-satuan sintaksis yang lebih kecil (kata, frase, dan klausa) bahwa kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final.
Sehingga disimpulkan, bahwa yang penting atau yang menjadi dasar kalimat adalah konstituen dasar dan intonasi final, sedangkan konjungsi hanya ada kalau diperlukan. Intonasi final yang ada yang memberi ciri kalimat ada tiga, yaitu intonasi deklaratif, yang dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda titik; intonasi interogatif, yang dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda tanya; dan intonasi seru, yang dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda seru.
Intonasi merupakan ciri utama yang membedakan kalimat dari sebuah klausa, sebab bisa dikatakan: kalimat minus intonasi sama dengan klausa; atau kalau dibalik; klausa plus intonasi sama dengan kalimat. Jadi, kalau intonasi dari sebuah kalimat ditanggalkan maka sisanya yang tinggal adalah klausa.
Intonasi dapat diuraikan atas ciri-ciri yang berupa tekanan, tempo, dan nada. Tekanan adalah ciri-ciri suprasegmental yang menyertai bunyi ujaran. Tempo adalah waktu yang diperlukan untuk melafalkan suatu arus ujaran. Nada adalah suprasegmental yang diukur berdasarkan kenyaringan suatu segmen dalam suatu arus ujaran. Dalam bahasa Indonesia dikenal tiga macam nada, yang biasa dilambangkan dengan angka “1”, nada sedang dilambangkan dengan angka “2”, dan nada tinggi dilambangkan dengan angka “3”.
Contoh : Bacálah buku itu !
2 – 32t / 2 11t #
Ket:
n = naik ; t = turun ; tanda - di atas huruf = tekanan
Tekanan yang berbeda menyebabkan intonasinya juga berbeda; akibatnya keseluruhan kalimat itu pun akan berbeda.
PENENTUAN KALIMAT
Bahasa terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan bentuk dan lapisan arti yang dinyatakan oleh bentuk bahasa terdiri dari satuan-satuan yang dapat dibedakan menjadi satuan, yaitu satuan fonologik dan satuan gramatik.Satuan fonologik meliputi fonem dan suku. Sedangkan fonologik meliputi fonem dan suku, sedangkan satuan gramatika meliputi wacana, kalimat, klausa, frase, kata, dan morfem. Contoh kalimat dari satu kata misalnya: kemarin, kalimat yang terdiri dari dua kata, misalnya itu toko yang terdiri dari tiga kata, misalnya ia sedang belajar.

C. Klasifikasi Kalimat
1. Berdasarkan jumlah pola dan hubungan antarpola
a. Kalimat tunggal yaitu kalimat yang hanya mengandung sebuah pola kalimat, baik kalimat inti atau luas tapi perluasannya tidak membentuk pola kalimat yang baru.
Contoh : Dian membaca.
b. Kalimat majemuk yaitu kalimat yang mengandung dua pola. Kalimat majemuk terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
• Kalimat majemuk setara : Kalimat majemuk yang masing-masing penyusunnya dapat berdiri sendiri atau memiliki dua pola kalimat yang sederajat. Bersifat menggabungkan : dirangkaikan dengan kata tugas : dan, lagi, sesudah itu, karena itu. Bersifat memilih : atau. Bersifat mempertentangkan : tetapi, melainkan, hanya.
Contoh :
Kadir membawa buku dan Kadir membawa tas ( Kadir membawa buku dan tas )
Ket : Kalimat di atas terdiri dari dua kalimat, yaitu :
 Kadir membawa buku.
 Kadir membawa tas.
• Kalimat majemuk bertingkat : Kalimat yang penyusunnya tidak dapat berdiri sendiri atau memiliki dua pola kalimat atau lebih yang tidak sederajat. Terdiri klausa bebas dan klausa terikat. Kalimat majemuk biasanya ditandai dengan kata ketika, supaya, agar, karena, sebab.
Contoh :
Ibu pergi ke pasar, ketika ayah pulang dari kantor.
c. Kalimat kompleks yaitu kalimat yang mengandung lebih dari dua pola
Contoh : Saya pergi ke kampus, adik hanya tinggal di rumah dan kakak entah ke mana.
2. Berdasarkan tujuannya
a. Kalimat berita ( deskriptif ) yaitu kalimat yang mengandung suatu perungkapan peristiwa baik itu kalimat langsung atau tak langsung yang berfungsi untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain
Contoh :
 Kemarin hujan turun lebat.
 Besok Dhila pulang dari Jakarta.
b. Kalimat tanya yaitu kalimat yang mengandung satu permintaan agar diberi informasi dan bentuk susunan kalimatnya . Kalimat tanya dibagi menjadi dua bagian :
a). Pertanyaan total adalah meminta informasi yang mengenai seluruh pertanyaan itu, biasanya dijawab dengan ya! atau tidak!. Dan biasanya menggunakan intonasi tanya digabung dengan partikel - partikel -kah atau apakah.
b). Pertanyaan parsial adalah kalimat tanya yang hanya meminta informasi mengenai kata - kata tanya yang dibedakan berdasarkan sifat dan objek yang ditanyakan ;
(1). Menanyakan tentang manusia : siapa, dari siapa, untuk siapa, kepada siapa.
(2). Menanyakan tentang benda atau hal : apa, dari apa, untuk apa, dengan apa.
(3). Menanyakan jumlah : berapa.
(4). Menanyakan tempat : di mana, ke mana, dari mana.
(5). Menanyakan waktu : bila, kapan, bilamana, apabila.
(6). Menanyakan pilihan : mana, yang mana.
(7). Menanyakan sebab - akibat : mengapa, apa sebab, betapa sebab, bagaimana, akibat apa.
c. Kalimat perintah yaitu kalimat yang mengandung perintah atau permintaan agar orang lain melakukan suatu hal yang diinginkan oleh orang yang memerintah. Kalimat perintah memiliki beberapa jenis, seperti suruhan, permintaan, memperkenalkan, ajakan, larangan, bujukan, dan harapan
Contoh :
 Pergilah segera !
 Tutup jendela itu !
3. Berdasarkan ragam
a. Kalimat aktif yaitu kalimat yang subjeknya melakukan sesuatu atau berstruktur SPO atau jika subjeknya menjadi pelaku. Kalimat aktif ada dua macam, yaitu :
1). Kalimat aktif transitif : Kalimat aktif yang kata kerjanya berobjek langsung
Contoh : Tami mengerjakan tugas.
2). Kalimat aktif intransitif : Kalimat aktif yang kata kerjanya tidak berobjek
Contoh : Supi menyanyi.
b. Kalimat pasif yaitu kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan atau berpola OPS atau OSP atau jika subjeknya menjadi penderita
Contoh : Televisi diperbaiki oleh tukang servis.
4. Berdasarkan jenis kata predikat
a. Kalimat verbal yaitu kalimat yang predikatnya berupa kata kerja
Contoh : Adik bermain-main di halaman.
b. Kalimat nominal yaitu kalimat yang predikatnya selain kata kerja atau berupa kata benda
Contoh : Ini kampus kami.
5. Berdasarkan kutipan pembicaraan
a. Kalimat langsung yaitu kalimat yang diujarkan oleh seseorang yang dapat berupa kalimat berita, tanya, dan perintah. Kalimat langsung juga dapat dikatakan sebagai kalimat yang langsung disampaikan oleh sumbernya atau yang mengucapkan, serta menggunakan tanda petik (“)
Contoh :
 Ibu Guru berkata, “Minggu depan tugas harus dikumpul.”
 “Berapa jumlah saudaramu ?” tanya Dian.
b. Kalimat tidak langsung yatu kalimat yang melaporkan apa yang diujarkan oleh seseorang yang dapat berupa kalimat berita, tanya dan perintah atau kalimat yang tidak langsung disampaikan oleh sumbernya serta tidak menggunakan tanda petik (“)
Contoh :
 Kadir mengatakan bahwa kemarin ia dibelikan motor baru.
 Ayah berkata bahwa saya harus juara kelas.
6. Berdasarkan pola
a. Kalimat inti yaitu kalimat yang terdiri dari in subjek dan inti predikat
Contoh : Dhila memasak
b. Kalimat luas yaitu kalimat yang terdiri dari subjek, predikat, dan diperluas dengan satu atau beberapa unsur tambahan.
Contoh : Telepon itu berdering


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan sebelumnya, kita bisa mengetahui bahwa sintaksis adalah cabang yang membicarakan kalimat dengan segala bentuk dan unsur-unsur pembentuknya. Tiga kajian sintaksis yakni frase, klausa, dan kalimat.
Salah satu definisi sintaksis menurut para ahli yaitu ilmu yang mempelajari hubungan antara kata atau frase atau klausa atau kalimat yang satu dengan kata atau frase (clause atau kalimat yang lain atau tegasnya mempelajari seluk-beluk frase, klause, kalimat dan wacana (Ramlan. 1985:21)
Salah satu kajian sintaksis yaitu kalimat yang merupakan alat interaksi dan kelengkapan pesan atau isi yang akan disampaikan, didefinisikan sebagai susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap. Sedangkan dalam kaitannya dengan satuan-satuan sintaksis yang lebih kecil (kata, frase, dan klausa), kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final.
Kalimat juga merupakan satuan bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih yang mengandung satu pengertian dan mempunyai pola intonasi akhir serta bagian ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, serta memiliki fungsi-fungsi gramatikal.
Klasifikasi kalimat terbagi menjadi 6 bagian, yaitu berdasarkan jumlah pola dan hubungan antarpola, berdasarkan tujuannya, berdasarkan ragam, berdasarkan jenis kata predikat, berdasarkan kutipan pembicaraan, dan berdasarkan pola.




B. KRITIK DAN SARAN
Demikianlah makalah yang telah kelompok kami susun. Kami berharap makalah ini berguna sebagaimana mestinya dan dapat diterima dengan baik. Tapi, sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kekurangan, kami juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga kami sebagai pemakalah dapat memperbaiki kekurangan dan mempertahankan kelebihan yang ada pada makalah kami. Terima kasih.

C. LAMPIRAN
1. Abdul Kadir
a. Pengertian Sintaksis b. Kalimat
2. Supianti
a. Pengertian Sintaksis b. Kalimat c. Klasifikasi Kalimat
3. Fadhilah
a. Pengertian Sintaksis b. Kalimat c. Klasifikasi Kalimat
4. Dian Kurnia Sambas
a. Pengertian Sintaksis b. Kalimat c. Klasifikasi Kalimat
5. Unga Utami
a. Pengertian Sintaksis b. Kalimat c. Klasifikasi Kalimat



DAFTAR PUSTAKA

cakrabuwana.files.wordpress.com/2009
Haryono, Samsun. 1995. Sari Kata Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Ilmu
(http://makalahdanskripsi.blogspot.com/)
id.wikipedia.org/wiki/sintaksis
Salam, Rosdiah Dra. Hj. 2006. Bahasa dan Sastra Indonesia. Makassar: FIP UNM
Tim Pengajar JILC. 2008. Handbook 1 Kemampuan Dasar SMA Kelas 3 Persiapan SNM-PTN & UN. Makassar: JILC

3 komentar:

Gg on 14 Oktober 2016 pukul 00.17 mengatakan...

Penjelasan tentang peran tematis apakah anda mengetahuinya?

Gg on 14 Oktober 2016 pukul 00.17 mengatakan...

Penjelasan tentang peran tematis apakah anda mengetahuinya?

Ridhwan Zain on 31 Desember 2018 pukul 17.18 mengatakan...

Makalahnya kurang rapih

Posting Komentar

 

Copyright 2008 All Rights Reserved | Tugas Kuliah Designed by Bloggers Template | Exercise Equipment | Watch Movies